Kamis, 09 Juni 2016

HEMOGLOBIN (Hb)


A.    Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Heme adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedang globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino. Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan 5 6 jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indek kapasitas pembawa oksigen pada darah.

B.    Fungsi Hemoglobin
1.   Mengangkut O2 dari organ respirasi ke jaringan perifer dengan cara membentuk oksihemoglobulin. Oksihemoglobin ini akan beredar secara luas pada seluruh jaringan tubuh. Jika kandungan O2 di dalam tubuh lebih rendah dari pada jaringan paru-paru, maka ikatan oksihemoglobulin akan dibebaskan dan O2 akan digunakan dalam metebolisme sel.
2.   Mengangkut karbon dioksida dari berbagai proton, seperti ion Cldan ion hidrogen asam (H+ ) dari asam karbonat (H2CO3) dari jaringan perifer ke organ respirasi untuk selanjutnya diekskresikan ke luar. Oleh karena itu, hemoglobin juga termasuk salah satu sistem buffer atau penyangga untuk menjaga keseimbangan pH ketika terjadi perubahan PCO2 (Martini, 2009).

C.     Struktur Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas ( Evelyn, 2000 ).
Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia.
Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa 8 dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme . Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah.
Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol. Empat gugus mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini ( Nelson dan Cox, 2005 ).
Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis (Evelyn, 2000).
Setiap rantai globin terdiri atas delapan daerah helik dan terdapat daerah nonhelik di antara daerah helik tersebut dan pada terminal-terminal karboksil dan amino. Sekelompok heme letaknya tersisip ke dalam celah yang terdapat pada permukaan dari tiap-tiap rantai globin. Heme pada dasarnya bersifat nonpolar dan sebagian  penggabungannya dengan globin dipertahankan oleh interaksi hidrofobik dengan asam amino nonpolar pada lapisan celah heme tersebut. Tiap-tiap atom besi yang terdapat pada heme dapat membentuk hingga enam ikatan dan empat ikatan di antaranya terbentuk akibat ikatan antara atom besi tersebut dengan atom pirol nitrogen.
Rantai yang sebelah tepi dari residu-residu histidin (asam amino E7 dan F8 di dalam rantai α dan β ) terletak pada tiap tepi bidang datar dari kelompok heme yang berinteraksi dengan atom besi, akan tetapi hanya satu di antaranya yang membentuk ikatan permanen, yaitu bagian proksimal dari histidin sedangkan bagian distalnya  berhubungan dengan sekelompok heme tetapi tidak membentuk ikatan dengan atom besi. Enam ikatan terbentuk oleh adanya molekul oksigen, di mana penggabungannya dengan heme yang  berada di tepi distal.

D.    Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
a) Kecukupan Besi dalam tubuh
Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel 13 darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limfa dan sumsum tulang (Zarianis,2006).
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot, sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja (WHO dalam Zarianis, 2006). Menurut Kartono J dan Soekatri M, kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi (Zarianis, 2006).

b) Metabolisme Besi dalam tubuh
Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam 14 sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5g), mioglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limfa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang di pakai untuk keperluan metabolic dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan non hem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Feritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin dari Segi Asupan Makanan
1.      Budaya pangan:
Kegiatan budaya suatu keluarga, suatu kelompok masyarakat, suatu negara mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa, kapan dan bagaimana penduduk makan.
2.      Pola makanan
Di beberapa daerah pedesaan di Asia Tenggara umumnya makan satu atau dua kali sehari. Cara penyiapan pangan secara tradisional, biasanya tidak menggunakan bahan bakar dan cenderung mempertahankan zat gizi yang terdapat dalam pangan.
3.      Pembagian makanan dalam keluarga
Kekurangan pangan dalam rumah tangga akan menyebabkan kecukupan gizi anggota keluarga terganggu. Kekurangan pangan yang kronik akan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin.
4.      Besar keluarga
Banyaknya anggota dalam suatu keluarga akan mempengaruhi pemenuhan gizi keluarga tersebut.
5.      Faktor pribadi
Faktor pribadi dan kesukaan yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi penduduk.
6.      Pengetahuan gizi
Pengetahuan yang kurang menyebabkan bahan makanan bergizi yang tersedia tidak dikonsumsi secara optimal. Kesalahan pemilihan bahan makanan dan pola makan yang salah, cukup berperan dalam terjadinya anemia (Depkes RI, 2003).
7.      Tampilan
uatu bahan makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial dan budaya tetapi juga dari bentuk makanan secara fisik.
8.      Status kesehatan
Tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang.
9.      Segi psikologi
Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak.
10.  Kepercayaan terhadap Makanan
Manusia selalu berpikir dalam menentukan menu dari makanan yang akan dikonsumsi. Bahwa makanan tertentu akan memberikan dampak bagi tubuh mereka (Irianti, 2008).

E.  Macam macam Pemeriksaan Hb
Penetapan kadar hemoglobin ditentukan dengan bermacam-macam cara, yaitu :
1.      Cara sahli
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan oksihemoglobin setelah sampel darah ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida. Kadar Hb ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil.

              Prinsip : Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat. Cara sahli ini banyak dipakai di Indonesia, walaupun cara ini tidak tepat 100%, akan tetapi masih dianggap cukup baik untuk mengetahui apakan seseorang kurang darah. Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan ini kira-kira 10 %. Kelemahan cara sahli ini adalah hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan juga alat hemoglobinometer sukar distandardisasi. Selain itu, tidak semua macam hemoglobin dapat diubah menjadi hematin, misalnya karboxy hemoglobin, methemoglobin dan sullfhemoglobin

2.      Cara cyanmethemoglobin
Prinsipnya adalah hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianida. Absorbensi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm. Larutan drabkin yang dipakai untuk mengubah hemoglobin, oxyhemoglobin, methemoglobin, dan karboxymoglobin menjadi cyanmethemoglobin, sedang sulfhemoglobin tidak berubah karena tidak diukur. Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standar cyanmethemoglobin yang ditanggungkan kadarnya stabil dan dapat dibeli. Larutan drabkin teridri atas natrium bikarbonat 1 gram, kalium sianida 50 mg, kalium ferisianida 200 mg, aqudest 100 ml. (Gandasoebrata, 2006)

Metode cyanmethemoglobin adalah yang paling popular karena metode ini secara praktis mengukur seluruh hemoglobin, selain sulfohemoglobin. Kelebihan dari metode ini adalah standar yang digunakan tetap stabil dalam waktu yang lama. Menurut metode ini, darah dicampur dengan larutan Drabkin untuk memecah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada panjang gelombang 540 nm dalam calorimeter fotoelektrik atau spektrofotometer. Penggunaan HbCN dalam menentukan kadar hemoglobin yaitu dengan mengencerkan darah sebanyak 250 kali dalam volumenya dengan larutan Drabkin (Ronardy, 2002).
Penentuan nilai hemoglobin tergantung pada kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada ratio kuning hijau yang merupakan spectrum sinar tampak. Darah diencerkan dengan menggunakan larutan yang mengandung kalium sianida dan kalium ferisianida yang akan mengubah semua jenis hemoglobin. Dalam pemeriksaan hemoglobin metode cyanmethemoglobin digunakan photometer 5010 dengan menggunakan larutan Drabkin (Anonim, 2001).

3.      Cara tallquist
Prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua.
Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai dari merah muda 10% di tengah-tengah ada lowong dimana darah dibandingkan dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara langsung sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%.

4.      Cara sulfat
Cara ini dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor yang diperlukan untuk transfuse darah. Hasil dari metode ini adalah persen dari hemoglobin. Perlu diketahui bahwa kadar hemoglobin cukup kira-kira 80% hemoglobin. Kadar minuman ini ditentukan dengan setetes darah yang tenggelam dalam larutan kufrisulfat dengan berat jenis. (Bakri S, 1989)
Prinsip : Cara ini hanya dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor yang diperlukan untuk kebutuhan transfusi darah. Hasil metode ini adalah persen hemoglobin. Kadar hemoglobin dari seorang donor cukup kira-kira 80% hemoglobin. Kadar minimum ini ditentukan dengan setetes darah yang tenggelam dalam larutan cupri sulfat dengan berat jenis 1,053

NO
NAMA
Jenis Kelamin
UMUR
KADAR HB
KETERANGAN
1
Hana Asiya
Perempuan
19 tahun
10,2
Rendah
2
Istianah
Perempuan
18 tahun
8
Rendah
3
Izmi Nur Rasyida
Perempuan
20 tahun
9,2
Rendah
4
Ilham Wahyu Sasongko
Laki-laki

11,8
Rendah
5
Luthfa Nadia
Perempuan
19 tahun
11,2
Rendah
F.       Hasil Pengamatan

G.    Pembahasan
Dari hasil percobaan  diatas didapatkan hasil bahwa kadar Hb semua probandus rendah. Karena nilai kadar Hb normal pada wanita dewasa antara 12-16 gram/dl. Sedangkan, untuk laki-laki dewasa kadar Hb normal antara 14-18 gram/dl. Dari hasil pemeriksaan kelima probandus menunjukan nilai Hb di bawah normal. Apabila kadar Hb rendah bisa digolongkan menjadi anemia. Berdasarkan klasifikasi derajat anemia menurut WHO, anemia dapat digolongkan menjadi 4 golongan antara lain:
1.               Ringan sekali   : Hb 10,00 gr% - 13,00 gr%
2.               Ringan             : Hb 8,00 gr% - 9,90 gr%
3.               Sedang            : Hb 6,00 gr% - 7,90 gr%
4.               Berat               : Hb <6,00 gr%
Berdasarkan klasifikasi tersebut probandus Hana, Ilham, dan Lutfa termasuk dalam anemia ringan sekali. Sedangkan, probandus Istianah dan Izmi termasuk anemia ringan.
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, antara lain :
a.               Sakit
b.               Kelelahan
c.                Kurang tidur
d.               Belum makan
e.               Pola makan
Bagi probandus yang kadar Hb rendah sebaiknya lebih banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, vit B12 antara lain susu, kacang-kacangan, buah-buahan antara lain semangka, kismis, anggur, tomat, apel, pisang, jeruk, stroberi dan alpukat, telur, dan cokelat.




DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata. 2006. Penuntun Laboratorium Klinik. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Ronardy, 2002. Penetapan Kadar Hemoglobin. Jakarta, Buku Kedokteran. (Diakses pukul 12;14 tgl 2 juni 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar